Rahim Pengganti

Bab 188 "Birthday Dhira"



Bab 188 "Birthday Dhira"

0Bab 188 "Birthday Dhira"     
0

Pagi hari yang begitu indah, ini semua nya sudah terbangun dari tidur mereka masing masing, bahkan saat ini Dhira dan beberapa teman wanita nya sudah berada di dapur bersama dengan Tante Sekar dan juga Tante Indah. Awal nya hanya Dhira yang membantu kedua Tante nya yang sedang asyik memasak. Namun, ikuti oleh teman teman lain nya, mereka tidak enak dengan Dhira.     

Semua nya sudah mengambil pekerjaan satu demi satu, awal nya Gina meminta untuk mencari orang untuk memasak saja, karena tidak mau merepotkan Sekar. Namun, nyata nya Sekar tidak memberikan izin diri nya ingin memasak semua nya sendiri. Dan akhir nya Gina mau tidak mau jadi setuju akan hal itu.     

"Tante Sekar makin cantik aja. Kalah kulit Tante sama aku," ujar Diandra. Mendengar hal itu membuat semua nya tertawa, terlebih Tante Sekar. "Kulit Tante biasa aja Di."     

Mendengar jawaban tersebut membuat Diandra tidak yakin, pasti Tante Sekar perawatan. "Tante pake krim apaan sih, kok cantik gini. Mau dong di bagi resep nya," ujar Diandra lagi.     

"Nggak ada loh, Tante cuma lebih sering pake bedak bayi aja. Jarang banget pake make up apa pun," jawab Tante Sekar.     

Diandra terus menerus bertanya banyak hal gadis itu memang lebih aktif di banding kan dengan beberapa teman nya lain nya, hal seperti itu selalu Diandra lakukan pada siapa saja. Sehingga membuat mereka menjadi hiburan tersendiri.     

"Nanti habis sarapan kita mau ke mana lagi?" tanya Mira.     

"Kemarin sih, Kafa bilang kita bakalan ada acara bersama gitu. Nah ini mereka pasti lagi nyusun acara nya, maka nya belum datang ke bawah," jawab Ayu.     

"Gue tuh nggak pernah membayangkan bisa liburan kek gini loh guys, punya harapan bisa jalan sama teman aja nggak berani bermimpi," ujar Ani.     

Semua nya mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Ani, karena diri nya saja sekolah di tempat ini juga karena beasiswa jadi ketika Dhira mengajak semua nya dan seluruh biaya akan ditanggung, Ani jadi orang pertama yang begitu semangat.     

"Kamu yang bisa jahit itu, kan?" tanya Tante Indah.     

"Tante tahu dari mana?" Sungguh Ani tidak menyangka kenapa bisa Tante indah mengetahui hal itu, karena selama ini diri nya tidak pernah memberitahu bakat yang dia miliki bahkan kedua orang tua nya juga tidak ada yang tahu, hal itu karena kondisi keuangan keluarga yang tidak baik membuat Ani lebih banyak diam. "Nanti ikut Tante ya, biar kita bicara bicara," ucap Tante Indah.     

Ani langsung menganggukan kepala nya, gadis itu begitu bahagia mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Tante indah. Satu demi satu makanan yang mereka masak akhir nya selesai, terlihat begitu sederhana namun, mereka semua tahu bagaimana mewah nya hal itu.     

***     

Di halaman belakang saat ini, Dewa dan juga Akbar sedang duduk berdua. Mereka sudah lama tidak bersantai ria seperti ini, Dewa yang melanjutkan bisnis keluarga padahal bergelar dokter sedangkan Akbar yang selalu banyak kerjaan di rumah sakit membuat mereka jarang kumpul bersama.     

Jika kumpul pun, terbatas waktu yang ada dan hal itu sering kali membuat kedua nya merindukan waktu nongkrong bareng.     

"Gue kangen masa kita kuliah dulu, nih seperti anak anak ini. Cuman dulu kita hanya berlima tapi kalau udah ngumpul udah seperti sekelas saking ribut nya," ujar Akbar.     

"Ha ha ha, iya gue juga kangen hal itu. Loh tahu, kan gimana dulu kita apa lagi pas wisuda. Terus mikirin ini itu, hingga akhir nya praktek sama sama, gue jadi inget Acha."     

Akbar menoleh ke arah sahabat nya itu, bukan hanya Dewa yang merindukan Acha diri nya pun sama. Karena memang kenangan bersama Acha sahabat mereka sulit untuk di lupakan.     

Acha dan Atha harus menjadi korban kecelakaan pesawat sekitar lima bulan setelah mereka menikah, semua nya tidak pernah menyangka apa lagi mereka baru mengetahui jika saat itu Acha sedang hamil. Peristiwa tersebut membuat semua orang, terguncang apa lagi Gina yang baru kehilangan sang kakak dan mendapatkan kabar yang begitu mengejutkan lain nya.     

"Dia udah tenang dia sana Wa. Udah hampir delapan belas tahun juga, semua sudah bahagia dengan kebahagian mereka tersendiri," ucap Akbar.     

Helaan napas panjang terdengar, Dewa adalah orang yang begitu terkejut ketika mendengar hal itu, sungguh saat itu diri nya masih belum bisa melupakan sosok Acha, cinta yang tidak pernah dianggap oleh Dewa. Dan berujung penyesalan yang teramat besar oleh pria itu.     

"Tapi rasa nya sangat sesak Bar, saat itu lo tahu gimana gue. Mencintai dia yang sudah pergi bersama cinta nya. Mau melarang, gue juga nggak bakalan bisa, mau marah juga tidak akan mungkin. Karena gue yang salah di sini, gue yang nggak bisa ngapa ngapain untuk berharap sama dia saat itu."     

"Bener jangan kan, lo gue juga akan merasakan hal yang sama Wa. Tapi Tuhan itu adil di saat kita rapuh dia mengirim kan seseorang yang tepat," ujar Akbar.     

Hal itu dibalas oleh, Dewa dengan sebuah anggukkan kepala apa yang diucapkan oleh Akbar benar ada nya, Indah datang sebagai suatu anugerah yang teramat luar biasa bagi Dewa. Gadis yang sulit ditaklukkan oleh Dewa pribadi yang benar benar berbeda dengan sebagai gadis lain nya yang dewa kenal.     

"Indah adalah malaikat yang membuat aku bangkit, dia adalah orang yang begitu hebat membuat aku bisa melalui semua nya dengan lancar. Indah adalah sosok yang menjadi penyemangat dalam setiap langkah," ucap Dewa.     

Kedua pria itu sangat asyik bercerita mengingat bagaimana masa muda mereka, bahkan Dewa dan Akbar juga sama sama dipusingkan dengan anak mereka berdua. Samatha dan Kevin kedua nya begitu sama, sering membuat Akbar dan Dewa mengelus dada mereka masing masing.     

"Gue kok ngerasa dapat karma banget Wa," ujar Akbar. Pria itu lalu mengambil kopi nya dan mulai meminum kopi yang sudah di siapkan oleh istri tercinta. "Gue juga, perasaan dulu pas buat nya baca doa dulu. Tapi kok itu, anak bikin darah tinggi melonjak terus," balas Dewa.     

Kevin dan Samatha, dua orang yang memiliki kenakalan yang sama dan sering membuat kedua orang tua mereka di panggil oleh guru, karena tingkah laku yang mereka lakukan, bahkan Sam juga sudah pernah memukul Kevin karena tidak suka dengan sikap pria itu.     

"Anak gue kenapa bikin sakit kepala terus ya, lo tahu nggak dia bikin ulah akhir akhir ini. Maka nya gue, lempar ke rumah Ibu dulu, supaya dia bisa lebih baik. Samatha akan menurut sama Ibu, itu lah gue lempar dia ke sana," ujar Dewa.     

"Sama gue juga titip Kevin di rumah Mami Siska. Anak gue itu, paling takut kalau udah ketemu dengan Papi Elang, gue bersyukur banget biar dia bisa jadi lebih baik. Sakit kepala gue kalau harus mikirin di juga."     

Cukup lama mereka berdua di halaman belakang, hingga salah satu teman sekolah Dhira yang laki laki memanggil kedua nya untuk sarapan bersama, Akbar dan Dewa lalu mengikuti anak laki laki tersebut.     

***     

Di meja makan, semua nya sudah duduk dengan sangat rapi dan tertib, mereka semua makan dengan penuh suka cita mereka makan sangat lahap, melihat hal itu membuat Sekar dan juga Indah ikut bahagia.     

"Kalian ngapain aja di halaman belakang, lama banget."     

"Biasa, gue udah lama nggak ngobrol sama Akbar. Maka nya, ngajak dia ke sana dulu, biar bisa ngobrol bareng mumpung kita di sini ketemu," ucap Dewa.     

"Kalian ngomongin apaan? Kok aku curiga," jawab Sekar. Wanita satu anak itu terus menatap ke arah sang suami nya, sedangkan Akbar yang ditatap hanya menampilkan senyum terindah nya. "Biasa sayang, mengingat masa lalu, di mana Dewa sangat nakal dulu nya," ucap Akbar.     

Mendengar hal tersebut, sontak saja membuat Dewa melotot, dan akhir nya terjadi lah beberapa pertengkaran kecil di meja makan akibat kedua orang dewasa yang sudah sangat cukup umur tersebut.     

Setelah selesai dengan urusan makan pagi mereka lalu mulai melakukan kegiatan mereka. Acara ini seperti camping namun, semua nya dalam keadaan yang aman yang kondusif. Halaman belakang villa sudah di siapkan sebelumnya juga sudah rapai, tinggal mereka membangun tenda.     

Acara ini akan outbound beberapa hari namun, jika para perempuan ingin tidur di dalam tidak malahan, hanya para laki laki saja yang diwajibkan.     

"Oke hari ini kita akan bangun tenda setelah itu, baru kita masuk ke arah selanjutnya. Acara ini, yang kita buat harus sukses dengan kita bersama juga, jadi mari kita bekerja sama dan menikmati fasilitas yang ada," ucap Kafa.     

Semua nya langsung, membagi tugas mereka masing masing melihat hal itu membuat kedua pasangan tersebut ingin kembali ke masa muda mereka.     

"Aku jadi ingat saat acara kampus dulu, yang bang Daffa ikut dan selalu nempel dengan Gina. Ya ampun, kenapa mereka begitu mengemaskan semua," ujar Sekar.     

Kedua pasangan tersebut mulai mengingat bagaimana kebersamaan mereka saat dulu masa masa kuliah berada. Bahkan sekarang mulai bercerita dengan indah bagaimana Dewa saat itu semua hal yang mengingatkan mereka kepada masa dimana sangat sulit untuk dilupakan. Kedua wanita itu mulai bergosip ria sedangkan para pria hanya mampu menggelengkan kepala mereka sebagai respon dengan tindakan yang dilakukan oleh para istri.     

Dewa menatap dengan sangat intens kearah sang keponakan, Dewa bukan pria bodoh yang tidak mengetahui bagaimana kedekatan antara Dira dan juga Arsen pria itu tahu bagaimana cara pandang arsen kepada keponakan nya tersebut.     

"Bang Daffa tahu nggak kalau itu cowok naksir anak nya?" tanya Akbar.     

"Lo tahu."     

Akbar membalas ucapan yang dilontarkan oleh Dewa dengan sebuah anggukan kepala, kedua nya lalu menatap dengan sangat intens bagaimana Arsen memperlakukan Dira seperti orang yang begitu spesial. Hal ini sudah tercium oleh Dewa sejak lama namun, pria itu tetap mengawasi semua nya di jalur yang benar Dewa tidak ingin keponakan nya itu sakit hati dan terluka karena sosok pria yang tidak baik.     

Sikap posesif yang dilakukan Dewa kepada anak nya begitu juga diri nya lakukan kepada Dira. Pria itu bahkan selalu mencari tahu bagaimana kondisi kedua keponakan nya baik Dira maupun Gaby saat itu, namun kepada Samantha Dewa sedikit kecolongan pria itu tidak menyangka jika kelakuan sang anak akan lebih berbahaya dibandingkan orang lain.     

"Gue bukan laki laki yang bodoh yang tidak bisa melihat bagaimana seorang pria begitu tertarik dengan lawan jenis nya. Selama semua nya wajar sih menurut gue nggak apa-apa wa namanya juga anak muda, yang penting satu hal mereka bisa saling menjaga baik perempuan maupun laki laki nya karena sesuatu hal tidak akan terjadi kalau keduanya tidak menginginkan terus kecuali nih ada paksaan baru deh kita sebagai orang dewasa harus menjadi penengah untuk mereka."     

Dewa menatap ke arah Akbar pria itu sungguh tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Akbar. Siapapun akan terdiam ketika mendengar kata bijak yang terlontar dari mulut Akbar, apalagi selama ini pria yang ada di samping Dewa tersebut selalu saja bertingkah aneh bahkan setelah anak pertama mereka lahir pun Akbar masih saja bersikap seperti anak kecil. Hal itulah yang membuat Dewa kaget ketika mendengar Akbar yang ternyata sudah berubah menjadi lebih baik.     

"Lo pasti mau ngejek gue kan udah deh bukan lo aja tau enggak yang sering mikirin dan menilai gue negatif terus padahal ya gue kan juga bisa berpikir dewasa dan baik hanya saja saat itu gue males lebih baik terlihat seperti anak kecil daripada seperti orang dewasa yang banyak." Baru saja Dewa ingin bertepuk tangan dengan apa yang diucapkan oleh Akbar tadi saat ini mengurungkan niatnya pria itu juga lalu memberikan sebuah lemparan tisu kepada Akbar karena kesal dengan apa yang dilakukan oleh sahabat nya tersebut. Sedangkan Akbar tertawa dengan begitu keras melihat bagaimana reaksi yang diberikan oleh Dewa.     

Keduanya lalu fokus kembali ke arah depan di mana saat ini terlihat dengan jelas bagaimana Arsen memberikan begitu banyak Perhatian kepada Dira, apalagi ketika melihat bagaimana Arsen yang dengan semangatnya membantu Dira saat mendirikan tenda. Sikap arsen sama seperti sikap Daffa jika sudah mencintai seseorang maka dirinya akan terus memperjuangkan, bahkan sampai detik ini pun masih terus berjuang untuk bisa terus membahagiakan Gina.     

Saat Gina tanpa sadar menemukan beberapa hal yang membuat wanita itu terkejut saat itu, karena benda tersebut lah mulai terjadi sebuah pertengkaran besar antara Gina dan Dafa untuk pertama kalinya ketika mereka sudah lama menikah saat itu usia Arka masih berusia 3 bulan.     

Masa lalu Daffa yang mencintai melodi terungkap dan hal itu menjadi pukulan yang begitu keras bagi Gina wanita itu berpikir bahwa suaminya itu tidak pernah tulus mencintai nya dan hal itu membuat Daffa begitu terpukul karena tidak percaya sang istri dengan dirinya namun, akhir nya semua berlalu dengan begitu cepat kesalahpahaman tersebut mulai berangsur-angsur membaik Daffa terus saja menjelaskan semua nya bagaimana kejadian dulu kenapa dirinya bisa seperti itu hingga akhirnya Daffa sadar bahwa semua kemungkinan yang terjadi dulu hanya menjadi memori di masa lalu.     

Dan Sejak saat itu juga lah tidak pernah ada lagi rahasia antara kedua pasangan tersebut bahkan jika Dafa ingin memberikan kejutan kepada sang istri pria itu harus membawa Dewa ataupun Akbar sebagai saksi tentang kejutan apa yang akan diberikan kepada sang istri.     

"Udah sini biar aku aja yang bantuin kamu mending duduk aja," ucap Arsen. Namun, Dira malahan menggelengkan kepalanya gadis itu tidak mau melakukan apa yang disebutkan oleh Arsen baru saja baginya hal seperti ini sangat tidak baik untuk para teman-temannya.     

"Nggak boleh gitu dong masa aku hanya duduk aja terus kamu yang bantu nggak enak sama yang lain udah sini biarin nggak apa-apa aku bantuin." Arsen tersenyum mendengar apa yang diucapkan oleh wanita yang begitu dirinya cintai tersebut, kedua nya lalu saling membantu satu dengan yang lainnya berbeda dengan tenda Diandra yang terus saja jatuh akibat pertengkaran antara diri nya dengan Aris.     

Kedua orang tersebut selalu saja tidak pernah akur di manapun tempat Diandra dan juga Aris pasti selalu saja ada hal yang menjadi konflik untuk mereka berdua terkadang para teman teman mereka di dalam kelas hanya bisa nafas panjang mereka melihat tingkah laku antara mereka berdua.     

Bahkan mereka seringkali mengatakan bahwa diantara dan juga Aris akan berjodoh karena kedua nya yang sering bertengkar bahkan untuk hal hal yang tidak masuk akal.     

"Kejutan buat Dira nanti malam gimana," bisik Mira kepada Ayu.     

Ayu lalu memberikan kode kepada Bagas untuk mendekat ke arah mereka, gadis itu mulai bertanya dengan hal yang akan mereka lakukan. Tujuan utama mereka selain untuk berlibur bersama juga merayakan ulang tahun Dhira yang akan diberikan kejutan nanti malam.     

Teman satu kelas Dira sudah bekerja sama dengan kedua orang tua nya hal itulah yang membuat mereka bisa berlibur bersama. Daffa dan Gina ingin memberikan sebuah kejutan yang begitu berharga di pertambahan usia anak mereka.     

"Udah beres bahkan Om Dafa dan juga tante Gina udah sampai tadi di sekarang mereka ada di Villa sebelah."     

Mereka lalu membalas ucapan yang dilontarkan oleh Bagas dengan sebuah anggukan kepalanya lalu mereka kembali melanjutkan tugas untuk membangun tenda.     

***     

Semua orang sedang bermain peran sama seperti ketiga sahabat Dira yang tiba tiba saja tidak mendekati Dira saat ini. Hal itu membuat Dira terdiam di tempat nya gadis itu selalu mengajak bicara mereka bertiga namun, pembicaraan yang dilakukan Dira tidak pernah direspon.     

Dira yang selalu berpikiran positif hanya bisa menatap kepada para sahabat nya tersebut gadis itu lalu ikut bergabung dengan sang tante yang saat ini duduk tak jauh dari mereka.     

"Kamu rencananya mau kuliah di mana sayang?" tanya Sekar.     

"Belum tahu setan cuman kalau Baba sama Buna izinin aku mau kuliah sastra mau ambil Astra Indonesia atau sastra Jepang bahkan pengen nyoba sastra Belanda."     

Sekar tersenyum wanita itu tahu apa yang menjadi minat dan bakat dari keponakannya hal itu Sekar ketahui ketika kematian Gaby wanita itu tidak sengaja melihat beberapa folder file yang menyimpan begitu banyak cerita Sekar sangat susah dirangkai oleh anak SMA seperti Dira namun, nyatanya keponakan nya itu memang luar biasa hingga bisa menciptakan banyak tokoh dalam cerita nya yang digemari oleh banyak orang.     

"Apapun yang menjadi cita cita kamu, Tante sama Om akan selalu mendukung semua nya. Karena Tante yakin, kamu bisa melakukan hal tersebut."     

Dhira menganggukkan kepalanya, lalu kedua nya mulai bercerita banyak hal hingga akhir nya Dhira ikut masuk ke dalam villa ketika makan siang yang sudah dipesan sampai.     

"Kalian mau maka di mana?" tanya Dhira kepada ketiga sahabat nya. Namun, ketiga nya tidak merespon apapun ucapan yang dilontarkan oleh Dhira. Melihat sikap tersebut membuat Dhira hanya bisa diam. Gadis itu lalu duduk sendirian dan hal itu membuat beberapa teman nya menjadi tidak enak.     

"Kasihan banget Dhira, kita udahan aja yok," bisik mereka.     

"Sedikit lagi. Jangan," ucap Bagas.     

Dhira tidak tahu apa yang menjadi kesalahan diri nya hanya bisa terdiam saat ini, lalu gadis itu mulai menyelesaikan makan nya, setelah selain Dhira lalu masuk ke dalam kamar nya, saat ini diri nya lebih baik sendirian.     

"Loh mau kemana sayang?" tanya Tante Indah. Dengan senyuman yang begitu mengembang, Dhira lalu menjawab, "Ke atas dulu Tante. Dhira mau cari sesuatu," ucap nya. Tante Indah dan lain nya langsung, membalas dengan sebuah anggukan kepala mereka.     

Para teman teman Dhira yang melihat hal itu, langsung berpura pura tidak peduli dengan Dhira. Sedangkan Dhira tetap dengan sikap nya yang baik, gadis itu menengur semua nya dan pamit untuk masuk ke dalam kamar.     

***     

Sore berganti dengan malam, tadi sore Dhira bisa melihat bagaimana para teman teman nya itu menghabiskan waktu mereka di halaman belakang dengan beberapa games yang diadakan. Sedangkan Dhira hanya bisa terdiam di dalam kamar, sejenak Dhira turun ke bawah saat permainan akan di mulai. Namun, nyatanya kehadiran dirinya tidak dilihat. Sehingga membuat Dhira langsung pergi menuju kamarnya kembali.     

Saat ini Dhira kembali keluar dari dalam kamar nya, saat diri nya membuka pintu keadaan sangat gelap. Dan hal itu benar benar membuat Dhira takut. Gadis itu sangat takut dengan gelap. Saat Dhira akan kembali masuk ke dalam kamar nya, tiba tiba saja lampu di dalma kamar mati.     

"Om Dewa … Tante Sekar … Tante Indah … Om Akbar di mana kalian semua. Mira, Ayu, Diandra, kalian semua ada di mana," teriak Dhira begitu kencang. Sungguh saat seperti ini, membuat diri nya begitu takut.     

Dengan sangat hati hati Dhira melangkahkan kaki nya menuju ke lantai bawa. Dengan hanya bermodalkan cahaya dari handphone nya. Terus saja Dhira berteriak dengan begitu kencang, dirinya berusaha untuk terlihat baik baik saja, untuk menutupi semua hal yang terjadi. Dhira benar benar saat ini sangat takut dengan apa yang akan menimpa dirinya.     

"Kalian semua dimana, aku takut banget. Baba Buna, tolongi aku. Arka kamu dimana aku nggak suka kondisi ini," keluh Dhira. Air mata gadis itu bahkan sudah mengalir dengan begitu derasnya, sontak saja hal tersebut membuat semua orang yang sedang bersembunyi menjadi kewalahan.     

Hingga akhirnya lampu dinyalakan dan semua orang mulai bermunculan satu demi satu.     

"H A P P Y B I R T H D A Y DHIRA. SELAMAT ULANG TAHUN!!!"     

Teriakan tersebut, membuat Dhira yang terduduk di lantai langsung menatap ke arah mereka semua yang ada di depannya. Dhira begitu kaget ketika melihat banyak keluarga nya sudah berkumpul. Bahkan ada Baba dan juga Buna nya di tempat tersebut.     

Gina lalu berjalan ke arah sang anak, wanita itu memeluk erat Dhira dan tak lupa mengecup dahi anaknya tersebut. "Selamat ulang tahun kesayangan Buna dan Baba, tetap jadi anak yang kami banggakan. I love you so much bintang kebahagian Buna," ucap Gina dengan begitu tulus.     

Satu demi satu, para teman Dhira mulai mendekat dan mengucapkan selamat untuk dirinya, hingga mereka semua lalu beranjak dari tempat tersebut dan berjalan ke arah taman belakang yang ternyata sudah dimodifikasi dengan sangat indah dan mewah.     

##     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.